Lahan Pasca tambang Disulap Jadi Sentra Peternakan Produktif

Sangatta — Lahan bekas tambang kini menjelma jadi pusat geliat ekonomi baru di Kutai Timur. PT Kaltim Prima Coal (KPC), melalui pendekatan berkelanjutan, mengubah area pasca tambang menjadi kawasan produktif yang mendukung ketahanan pangan dan membuka peluang ekonomi masyarakat, Kamis (24/04/2025).

Salah satu contohnya adalah kawasan Peternakan Sapi Terpadu (Pesat) di Jalan Kabo Jaya, Sangatta, yang kini juga dikembangkan sebagai sentra budidaya ayam petelur. Program ini digerakkan oleh kolaborasi antara KPC dan Asosiasi Peternak Ayam Petelur Sangatta (APAPS) dan bertujuan menjawab ketergantungan Kutai Timur terhadap pasokan telur dari luar daerah, yang selama ini berdampak pada kestabilan pasokan pangan lokal.

“Melalui demplot ayam pulet yang kami kembangkan bersama APAPS, kami menargetkan produksi hingga 18.000 ekor dalam setahun untuk memperkuat rantai pasok telur lokal. Hal ini sangat penting untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap pasokan telur dari luar daerah dan mendukung kemandirian pangan di Kutai Timur,” kata Nugroho Dewanto, Superintendent Conservation and Agribusiness Development KPC.

Ketua APAPS, Eddy Palinggi, yang juga anggota DPRD Kutim, menyebut inisiatif ini bukan sekadar bantuan fasilitas, tapi juga proses pembelajaran kolektif yang berdampak luas. “Kami tidak hanya dibantu infrastruktur, tapi juga diberikan ruang tumbuh untuk membangun kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan yang lebih kuat bagi masyarakat,” ujarnya.

Saat ini, lebih dari 30 kandang ayam petelur yang dikelola peternak lokal tersebar di Sangatta, Rantau Pulung, hingga Kaubun. Pemasarannya pun mandiri dan telah menembus jaringan ritel modern seperti Indomaret. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan telur lokal dapat dipenuhi oleh peternak setempat, yang diharapkan semakin berkontribusi terhadap ketahanan pangan di Kutai Timur.

Program ini juga memperkuat aspek keberlanjutan. Di RT 37 Kelurahan Teluk Lingga, warga memanfaatkan limbah organik menjadi pakan maggot bagi ayam.

Ketua RT Anung Prasetyo mengaku jika pihaknya menciptakan siklus ekonomi lokal yang ramah lingkungan dan memberi nilai tambah bagi masyarakat, serta mendukung ketahanan pangan melalui sistem yang berkelanjutan.

Dalam konteks ketahanan pangan, Kutai Timur diperkirakan membutuhkan sekitar 400.000 hingga 450.000 ekor ayam petelur, sementara populasi lokal baru mencapai 80.000 ekor. Program ini diharapkan bisa mengisi kesenjangan tersebut dan meningkatkan kapasitas peternak lokal dalam memenuhi kebutuhan telur secara mandiri.

Transformasi lahan pasca tambang ini menjadi contoh konkret bagaimana wilayah bekas eksploitasi sumber daya bisa menjadi motor pertumbuhan baru  bukan hanya menyisakan lubang tambang, tetapi juga harapan dan ketahanan pangan yang lebih stabil bagi masyarakat.(Kiya/*)

Berita Terbaru