TANJUNG REDEB – Judul di atas merupakan salah satu ceramah Ustaz kondang Abdul Somad ketika mengisi Tabligh Akbar di Kabupaten Berau memenuhi undangan PT Berau Coal dan Pemkab Berau.
Ustaz Abdul Somad Beliau tiba di Kabupaten Berau Rabu (28/03/2018) dan pulang Kamis (29/03/2018). Selama berada di Berau, Ustaz Abdul Somad berdakwah di empat tempat, yakni dua kali di Masjid Agung Baitul Hikmah satu kali di Masjid Rayatul Ikhlas dan terakhir di Balai Mufakat.
Menurut Ustaz Abdul Somad, ada hal yang menarik dari judul di atas. Pasalnya, dari sekian lama ia menjadi mubalig, baru kali ini mendapatkan judul tausiah sebagaimana di Berau. Selain itu, menurutnya, ini kali pertama dirinya berdakwah secara langsung ke Kabupaten Berau.
Mengawali tausiahnya, Ustaz Abdul Somad mengawalinya dengan kalimat “Berau Coal yang di sini ternyata batubara, sedangkan yang saya kenal selama ini adalah obat batuk”. Kalimat pengawal itupun sontak membuat hadirin melepas tawa. Walaupun hal ini, bukan hal yang tabu dari sosok Ustaz Abdul Somad, lantaran setiap sajian ceramahnya, memang sudah tidak luput dari hal tersebut. Aspek ini jugalah yang menjadi daya tarik tersendiri dari Ustaz alumni Al-Azhar dan Maroko ini terhadap jamaahnya, dimana pun ia berdakwah.
Penulis memahami isi anekdot dan sindiran halus dari ceramah Ustaz Abdul Somad, bukanlah tanpa makna. Melainkan, sebagian besarnya menyiratkan nilai-nilai yang dapat menggugah hati jamaah untuk memikirkan dan sekaligus merealisasikan isi anekdot itu, bukan semata dijadikan canda tawa yang tak ternilai harganya.
Sebagai contoh, salah satu anekdot yang penulis pernah dapatkan melalui ceramah unggahan di youtube yakni “Perempuan dengan laki-laki berzina, tetap yang hancur adalah perempuan, bagaikan Durian (laki-laki) dengan Timun (perempuan), ketika pun diadu, kedua buah ini, pasti yang hancur adalah timun. Maka, janganlah mencoblos sebelum hari H. Penulis mengartikan dan menyimpulkan, bahwa anekdot di atas, tetap perempuan yang akan hancur dan perempuan jualah yang akan rugi kelak setelah menikah (intensitas kepercayaan suami menurun) kalaulah tidak jujur terhadap kenyataan yang telah terjadi.
Kembali dari judul di atas. Manusia pada dasarnya tercipta di muka bumi ini untuk memberikan manfaat terhadap orang lain. Jangankan manusia, hewan-hewan atau semua tumbuhan yang Allah SWT sajikan untuk manusia di muka bumi ini pun diciptakan untuk memberikan manfaat (tidak sia-sia).
Salah satunya, yang dapat memberikan manfaat adalah lintah. Hewan ini pada umumnya, bagi manusia hanya dikenal sebagai musuh karena suka menyedot darah (jika manusia yang sudah ditempelkan mulut lintah), begitu pun dari semua yang berkulit, berdaging, dan berdarah juga diparasit oleh lintah. Padahal, lintah ini, di sisi lain, dapat dijadikan sebagai alternatif penyembuhan penyakit, terutama penggumpalan darah dan pembekuan nanah pada luka. Dengan terapi lintah ini, dapat melancarkan darah karena liurnya berkhasiat melancarkan darah, kemudian menyedot nanah pada luka yang rata-rata usai disedot, pasien itu akan sembuh.
Manusia yang tidak dapat memberikan manfaat adalah manusia yang hanya memikirkan dirinya sendiri, baik sukses sendiri, salat sendiri, punya kekayaan untuk sendiri, punya ilmu untuk sendiri, dan sebagainya. Padahal, manusia pada hakikatnya adalah diciptakan untuk hidup sosial. Oleh karena itu, perlulah dirinya hadir di tengah-tengah masyarakat untuk menjadi bagian dari masyarakat dalam bentuk apapun caranya yang penting bermanfaat.
Lalu, bagaimana sebaliknya dari judul di atas? Inilah yang menjadi segmen akhir dari tulisan ini. Kata Ustaz Abdul Somad, manusia yang menebar mudharat akan menuai laknat. Artinya, kalaulah manusia mau selamat dan agar tidak dicap penebar mudharat, maka janganlah hidup, senang dengan iri, suka menganggap remeh orang lain, dan senang akan penderitaan orang lain. Sebab, kalau sudah seperti itu, maka akan halallah baginya menggosip atau suka menebar aib dan menjelek-jelekkan orang lain.
Dengan demikian, orang yang seperti ini, hidupnya hanyalah menciptakan neraka sebelum ke neraka yang asli. Karena laknat yang didapat dari menebar mudharat tadi akan memancing murka Allah dalam hidupnya, yang pada akhirnya menyusahkan diri sendiri di dunia dan ditambah lagi rugi di hari akhir.
Marilah kita berikhtiar dengan sungguh-sungguh dari sekarang, dengan cara menuntut ilmu sebanyak-banyaknya dan mencari harta yang halalan toyyibah (halal lagi baik). Tentu dengan jalan atau cara yang baik-baik. Kemudian, dengan modal itulah kita dapat menebarkan manfaat dalam arti, menjadi orang yang senang berbagi ilmu kepada siapa pun yang membutuhkan dan suka memberi kepada orang lain sesuai kadar kemampuan yang kita miliki, baik terhadap fakir miskin dan anak terlantar karena dengan itu, Insya Allah kita akan menuai berkah. Jangan sebaliknya, justru menjadi manusia yang menebar mudharat, karena dengan itu, pasti menuai laknatullah. Naudzubillah hi min dzalik tsumma na’udzu billahi min dzalik.
Sebagai penutup. Saya kutipkan salah satu hadits: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289)”.