BANYAKNYA pintu masuk akses menuju objek wisata membuat petugas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau sedikit kewalahan. Selain karena jarak yang jauh serta lokasi yang hampir merata di tiap kecamatan. Tak ada pilihan lain, kecuali melakukan koordinasi dengan semua pihak yang terlibat dengan kegiatan pariwisata.
Salah satunya adalah para operator/motoris speedboat dan angkutan laut lainnya baik yang menunggu di dermaga yang ada di Tanjung Redeb maupun di Tanjung Batu. Sebab, wisatawan bukan hanya ingin melakukan perjalanan dengan rasa nyaman, namun juga mereka telah mengatur besaran pengeluaran wisata mereka. Sehingga, wisatawan juga butuh kepastian tarif. Jangan sampai ada perbedaan antara informasi yang diterima dengan kenyataan di lapangan.
Sekitar 7 unit speedboat dengan dukungan mesin bervariasi setiap hari standby di dermaga speedboat, Jalan Pulau Derawan, Tanjung Redeb. Trayek yang disiapkan adalah Tanjung Redeb menuju Pulau Maratua, tanpa harus mampir di Pulau Derawan. Tarifnya pun oleh para operator speedboat ditetapkan sebesar Rp 250 ribu sekali perjalanan. Ini pilihan angkutan menuju Pulau Maratua.
Ada juga yang memilih berangkat melalui pelabuhan Tanjung Batu, Kecamatan Pulau Derawan, dengan terlebih dahulu melalui perjalanan selama 2 jam dengan speedboat dari Tanjung Batu. Pilihan ini, diakui cukup melelahkan bagi wisatawan, namun tak ada pilihan lain.
Sementara untuk pesawat terbang setiap hari Rabu, kapasitas tempat duduk pun masih terbatas. Untuk yang ke wilayah pesisir, khususnya yang ingin menghabiskan tahun baru sambil menikmati udara pantai Bidukbiduk dan keindahan pulau Kaniungan serta onjek wisata Labuan Cermin yang dikenal dua rasa, maupun Telaga Biru di Batu Putih, harus melalui jalur darat. Baik dari Tanjung Redeb maupun wisatawan yang melakukan perjalanan darat dari Samarinda melalui Sangatta, Kutai Timur.
Untuk wilayah pesisir, yang jadi keluhan adalah kondisi jalan yang rusak parah, sehingga jarak tempuh perjalanan lebih dari 6 jam. Terlepas dari kondisi tersebut, bahwa siapapun yang terlibat dalam kegiatan wisata, diharapkan memberikan perhatian khusus terkait kenyamanan dan keselamatan penumpang.
Kondisi angkutan, ketegasan untuk tidak mengangkut melebihi kapasitas adalah hal yang sangat penting. Wisatawan juga demikian, harus mempersiapkan diri dengan baik. Kegiatan penyelaman hanya bagi mereka yang telah bersertifikat, dan menjadi kewajiban bagi para guide untuk melakukan pengawasan ketat demi keselamatan wisatawan.
Khusus di Pulau Kakaban, wisatawan yang datang harus menahan diri dan tidak berjejal. Sebab kapasitas dermaganya pun masih terbatas. Kepala Disbudpar Berau Mappasikra mengimbau sebaiknya menunggu hingga pengunjung berkurang dan tidak berlama-lama menyelam bersama ubur-ubur. Yang penting, kata dia, tidak menggunakan fin baik wisatawan maupun guide serta tidak menggunakan sunblock sebelum menyelam di danau Kakaban.
Ketersediaan bahan bakar minyak (BBM), menjadi hal penting. Pasokan ini perlu terus dijaga, sebab speedboat sangat terbatas cadangan BBM, apabila wisatawan ingin berkeliling pulau. Karena itu, perlu dievaluasi pasokan yang dibutuhkan operator speedboat. Jangan sampai ada persoalan teknis yang terjadi di laut selama perjalanan, sedangkan pendukung bahan bakarnya tidak cukup. Kabarnya, speedboat hanya diberi jatah 30 liter, padahal yang dibutuhkan lebih dari 100 liter setiap perjalanan. Terpaksa motoris speedboat pun membeli BBM eceran dengan harga lebih mahal.
“Selamat datang di Berau. Selamat menikmati hari-hari menyenangkan menjelang pergantian tahun,” ujar Mappasikra.
Dengan begitu, angka kunjungan wisatawan pun terus meningkat signifikan. Para petugas di objek wisata juga harus terus memberikan pencerahan terkait sampah yang dipastikan akan meningkat jumlahnya di musim liburan akhir tahun nanti.(hms)