Sangatta – Di tengah dominasi industri tambang, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur mulai memfokuskan perhatian pada sektor pertanian sebagai alternatif pembangunan berkelanjutan.
Asisten III Sekretariat Kabupaten Kutai Timur, Sudirman Latif, menyatakan bahwa saat ini diperlukan transformasi menyeluruh dalam sektor pertanian, tidak hanya dari sisi produksi, tetapi juga perubahan pola pikir, cara kerja, dan pelibatan generasi muda.
“Ini merupakan langkah awal. Meskipun agak terlambat, saya pikir ini sudah menjadi langkah positif sejak awal pelantikan Bapak Bupati dan Wakil Bupati kita,” kata Sudirman dalam keterangannya di Sangatta.
Kutai Timur dikenal sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam, namun pemerintah mulai menyadari bahwa ketergantungan pada sektor tambang tidak dapat dipertahankan selamanya. Oleh karena itu, sektor pertanian mulai digarap secara lebih serius.
Saat ini, perkebunan kelapa sawit masih mendominasi. Namun, tanaman hortikultura, kakao, dan cabai juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Pemerintah bahkan tengah merancang pembangunan industri pengolahan kakao lokal agar tidak terus-menerus menjual hasil mentah ke luar daerah.
Menurut Sudirman, tantangan besar lainnya adalah menarik minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian. Banyak dari mereka masih memandang profesi petani sebagai pilihan terakhir.
“Kalau ada yang bilang petani itu pekerjaan yang terpinggirkan, saya justru balik mengatakan, petani adalah pekerjaan yang amat mulia karena menghidupkan banyak orang,” tegasnya.
Selain isu regenerasi petani, persoalan teknis seperti keasaman tanah dan mahalnya harga pupuk juga menjadi perhatian. Pemerintah membuka ruang kerja sama dengan mahasiswa dan peneliti lokal dalam mengembangkan pupuk organik yang sesuai dengan kondisi tanah di Kutim.
Sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas, pemerintah juga merencanakan studi tiru ke daerah-daerah penghasil beras guna mempelajari pengelolaan lahan pertanian secara efisien dan berkelanjutan.
Lebih lanjut, Sudirman menegaskan pentingnya sinergi dengan lembaga pendidikan. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Kutai Timur, menurutnya, harus menjadi mitra strategis pemerintah dalam mendorong inovasi dan pengembangan SDM pertanian lokal.
“Kita punya SDM lokal yang berkualitas, tinggal kita ajak duduk bersama dan bergerak,” pungkasnya.(Kiya/*)