Anak Pengidap HIV dan Anemia Aplastik Akan Kembali Bersekolah, Disdikbud Kutim Pastikan Tidak Ada Diskriminasi

Sangatta – Seorang anak yang berada di Kecamatan Muara Ancalong yang  diduga mengidap HIV dan anemia aplastik sebelumnya menjalani pendidikan di rumah karena kondisi kesehatannya yang sangat rentan terhadap infeksi.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Timur, Mulyono, angkat bicara terkait isu yang beredar di masyarakat.

Mulyono menjelaskan bahwa anak tersebut pertama kali didiagnosis menderita anemia aplastik pada 2019. “Di awal, sekitar 2019, anak ini menderita anemia aplastik. Penyakit ini memiliki tingkatan tertentu, dan pengobatannya saat itu termasuk cuci darah hingga dua kali seminggu,” ujar Mulyono saat diwawancarai.

Dalam proses pengobatan, lanjut Mulyono, anak tersebut dinyatakan positif HIV setelah menjalani pemeriksaan rutin. “Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata anak ini positif HIV. Kemudian orang tuanya juga diperiksa, namun hasilnya negatif. Kami tidak mempersoalkan bagaimana proses anak ini tertular, karena itu ranah medis. Yang pasti, kondisi kesehatannya sangat rawan terhadap infeksi, bukan menularkan ke orang lain, tetapi rentan tertular penyakit karena imunitasnya menurun,” jelasnya.

Mulyono juga menegaskan bahwa tidak ada unsur diskriminasi dalam keputusan ini. Bahkan dari pihak sekolah juga menyarankan home schooling biar tidak tertinggal pelajarannya.

“Justru kita ingin memberikan rasa aman kepada si anak dengan homeschooling selama ini. Namun, melihat kondisi anak yang sudah membaik, kita mendukung keinginannya untuk kembali bersekolah,” tambahnya.

Ia juga berharap masyarakat dapat lebih memahami kondisi anak-anak dengan kebutuhan khusus, termasuk mereka yang mengidap penyakit kronis.

“Kasus ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Setiap anak, tanpa memandang kondisi kesehatan, berhak mendapatkan kesempatan belajar yang sama,” tutup Mulyono. (Kiya).

Berita Terbaru