Sangatta. Meski angka kasus penderita dan penularan penyakit Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS COV) atau penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus korona di Indonesia kurang dari 1000 kasus pertahun, namun sebagai langkah antisipasinya Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Timur melakukan rapat koordinasi sekaligus penyusunan SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam penanganan pencegahan dan penyebaran penyakit Mers di Kutim. Dalam kegiatan ini, Dinkes Kutim menggandengan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda Wilayah Sangatta dan RSUD Kudungga Sangatta.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kutim, dokter (dr) Bahrani Hasanal, sebagaimana diketahui dari namanya bahwa penyakit gangguan pernapasan Mers yang disebabkan virus korona tersebut berasal dari daerah Timur Tengah. Sebentar lagi, masyarakat Kutim yang sudah mendaftar haji akan berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekkah dan Madinah yang juga termasuk wilayah Timur Tengah.
Belum lagi setiap minggunya cukup banyak warga Kutim yang berangkat umrah dan termasuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Timur Tengah. Orang-orang yang berpergian ke Timur Tengah inilah yang rentan bisa tertular Penyakit Mers dan memungkinkan untuk membawa virus tersebut ke tanah air, termasuk Kutai Timur.
Lanjut Bahrani, melalui penyusunan Kontijensi Penanggulangan MERS COV ini, diharapkan Kutim sudah memiliki buku panduan yang berisikan SOP penanggulangan dan pencegahan penyebaran Mers di Kutim.
Jika suatu saat ditemukan adanya indikasi pasien yang tertular Mers, baik itu dari warga lokal maupun warga asing yang ditangani oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Sangatta, maka setiap pihak sudah mengetahui SOP dan apa yang harus dilakukan masing-masing instansi. Sehingga tidak terjadi kepanikan, baik dari tim penanggulangan maupun dari masyarakat. Mengingat penularan dan penyebaran penyakit Mers ini sangat cepat, maka jika terjadi kepanikan pasti akan sangat sulit tertangani.