Sangatta, – Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Penanggulangan Penularan HIV/AIDS di Kutai Timur menjadi sorotan hangat. Salah satu poin krusial yang dibahas adalah terkait pemeriksaan awal atau tes skrining terhadap calon karyawan atau pekerja.
Ketua Panitia Khusus (Pansus) Raperda HIV/AIDS, dr. Novel Tyty Paembonan, mengungkapkan bahwa isu tes skrining ini menuai pro dan kontra. Pihak yang tidak setuju dengan tes skrining ini khawatir akan terjadinya diskriminasi terhadap calon pekerja yang dinyatakan positif HIV/AIDS.
Kekhawatiran tersebut tidaklah tanpa alasan. Data menunjukkan bahwa 42% kasus penularan HIV/AIDS di Kutai Timur berasal dari kalangan pekerja. Hal ini menjadi perhatian serius karena dapat mempengaruhi kehidupan keluarga dan komunitas secara luas.
“Kasian kalau ada istri yang hamil mau melahirkan diperiksa, tapi suaminya tidak, padahal kemungkinan besar suaminya yang menulari,” ungkap dr. Novel.
Di sisi lain, dr. Novel menegaskan bahwa tes skrining ini bertujuan untuk mendeteksi dini HIV/AIDS dan memutus rantai penyebaran. Dengan deteksi dini, pengobatan dan pencegahan dapat dilakukan dengan lebih efektif.
“Saat ini, fokus utama kami bukan hanya pada pencegahan, tetapi juga pada pengendalian dan pengobatan untuk memutus rantai penyebaran HIV/AIDS. Penyakit ini harus dikelola dengan baik agar tidak terus menyebar di masyarakat,” tegasnya.
Lebih lanjut, dr. Novel menjelaskan bahwa Pansus akan mempertimbangkan aspek kemanusiaan dalam merumuskan regulasi ini, sejalan dengan regulasi yang ada dan memperhatikan hak asasi manusia.
“Kami di pansus akan mempertimbangkan aspek kemanusiaan dalam merumuskan regulasi ini, sejalan dengan regulasi yang ada dan memperhatikan hak asasi manusia,” jelas dr. Novel.
Pansus Raperda HIV/AIDS berkomitmen untuk menemukan keseimbangan yang baik antara kebutuhan deteksi dini dan perlindungan hak asasi manusia para pekerja.
“Melalui rancangan Peraturan Daerah ini, kami berharap dapat memberikan panduan yang komprehensif dalam penanganan HIV/AIDS di daerah tersebut, serta mendorong kesadaran akan pentingnya pencegahan dan pengobatan dalam upaya bersama memerangi penyakit tersebut,” harap dr. Novel. (Kiya/ADV)