Sangatta. Tidak bisa dipungkiri, jika budidaya ayam kampung sangatlah menjanjikan. Pangsa pasar untuk jenis ayam kampung ini tidak hanya laris manis di pasar-pasar tradisional, namun hingga di supermarket. Meski harganya yang terbilang lebih tinggi dari pada ayam ras atau ayam potong biasa, minat masyarakat untuk mengkomsumsi ayam kampung ini tetap tinggi dikarena anggapan jika ayam kampung lebih sehat dan bebas dari pemberian obat-obatan atau hormon dalam pengembangan biakan ayam pada umumnya. Akan tetapi, upaya pengembangan biakan ayam kampung di Kutai Timur, hingga saat ini masih Terbentur sejumlah kendala. Salah satunya adalah penyediaan bibit atau anakan ayam kampung. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kutim, Sugiono.
Saat ditemui diruang kerjanya, Sugiono yang didampingi Kabid Peternakan, Mardi Suaibman menjelaskan potensi budidaya peternakan ayam kampung di Kutim jika dikembangkan akan sangat menjanjikan. Sebab hingga saat ini kebutuhan pasar untuk ayam kampung di Kutim juga sangat tinggi. Sementara sentra peternakan ayam kampung yang berada di Kecamatan Bengalon, yang merupakan binaan PT Kaltim Prima Coal (KPC) masih belum mampu memenuhi kebutuhan pasar Kutim. Sehingga potensi ini jika mampu dikelola dan dikembangkan secara besar, tentu akan sangat menjanjikan keuntungan yang besar.
Ditambahkan Mardi, yang menjadi kendala para peternak ayam kampung di Kutim saat ini dalam pengembangan budidaya ayam kampung adalah sulitnya memperoleh bibit anakan atau Day Old Chicken (DOC) ayam kampung yang berumur 10 hingga 14 hari usai ditetaskan. Satu-satunya pusat pengembangan DOC ayam kampung di Indonesia hanya ada di Bogor dan tidak ada daerah lainnya di Indonesia. Sementara banyak peternak yang mengambil DOC atau bibit ayam di Jawa Timur dan Jawa Tengah, dipastikan bahwa DOC tersebut bukanlah bibit ayam kampung, tetapi ayam super. Hasil budidaya ayam super inilah yang kini banyak dipasarkan di supermarket dan pasar tradisional, dengan disebut sebagai ayam kampung. Termasuk juga produk olahan ayam kampung yang banyak dijual di rumah-rumah makan di Sangatta dan sekitarnya.
Ditambahkan Mardi, jika saja Kutim khususnya di Kecamatan Bengalon mampu menjadi pusat pengembangan dan pembibitan COD ayam kampung, tentu saja hal ini akan menjadi yang pertama ada di wilayah timur Indonesia. Hal ini karena pemesanan DOC ayam kampung hanya untuk Kutim mencapai lebih dari 2.000 ekor per bulan. Belum termasuk Balikpapan, Samarinda dan sekitarnya.