Wacana Sekolah Rakyat di Kutim, Jimmi Soroti Lokasi dan Kesiapan Guru

oplus_0

SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) tengah gencar menggodok rencana program “Sekolah Rakyat” yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dan pemerataan akses bagi seluruh lapisan masyarakat.

Meski pembangunan Sekolah Rakyat yang digagas oleh Pemerintah Pusat ini bakal ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun rencana ini tidak lepas dari berbagai tantangan signifikan yang perlu diatasi agar program berjalan efektif. Salah satu tantangan yang bakal dihadapi yakni lokasi dan ketersedian tenaga pengajar.

Ketua DPRD Kutim, Jimmi, mengatakan bahwa keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada pembangunan fisik, melainkan pada kesiapan tenaga pengajar.

“Kita mau melihat tenaga teknis pengajarnya. Kita akan dorong pemerintah untuk menambah guru ASN, tapi pemerintah pusat juga yang memutuskan. Itu dilematisnya nanti di situ,” ujar Jimmi kepada sejumlah awak media belum lama ini

Jimmi menjelaskan bahwa pemerintah pusat hanya meminta Pemkab Kutim menyediakan lahan seluas 4–5 hektare. Jika lahan baru harus dibebaskan, biayanya akan dibebankan kepada APBD. Sementara itu, untuk lokasi, Jimmi menilai Sangatta sebagai pilihan paling relevan. Penempatan di kecamatan lain, menurutnya, bisa menimbulkan kecemburuan.

“Kalau misalnya kita ditempatkan di kecamatan lain, kan mereka merasa didiskriminasi juga. Jadi sekalian saja fokusnya di sangatta,” tegasnya.

Konsep Sekolah Rakyat yang dirancang dengan sistem boarding atau asrama memang bertujuan agar siswa dari keluarga miskin dapat belajar dengan lebih fokus. Namun, Jimmi mengingatkan, konsep ini membutuhkan dukungan guru yang memadai.

“Boarding itu kan semacam asrama. Ini perlu pembiayaan besar dan yang paling penting, tenaga pengajarnya. Kalau tidak ada yang siap, bagaimana kita bisa melayani?” tanyanya retoris.

Meskipun detail teknis program ini belum pernah dibahas di DPRD, Jimmi tetap optimis. Dengan dukungan fasilitas yang mumpuni dan tambahan guru ASN, ia percaya program ini bisa menjadi solusi untuk memutus mata rantai kemiskinan di Kutim.

“Pasti ada muridnya, karena kan masyarakat kita masih banyak yang kurang mampu. Mudah-mudahan ini bisa teratasi dengan adanya Sekolah Rakyat,” tutupnya (caya/*)

 

Tutup