Atasi Kekerasan dan Kecanduan Gadget pada Anak, KemenPPPA Andalkan Ruang Bersama Indonesia di Kutim
Sangatta, – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Arifah Choiri Fauzi, akhirnya meresmikan Ruang Bersama Indonesia (RBI) di Kabupaten Kutai Timur pada hari ini. Peresmian ini menjadi momen penting, mengingat Kutim, merupakan kabupaten pertama yang seharusnya dikunjungi oleh Menteri PPPA setelah pelantikan.
“Alhamdulillah pada hari ini kami dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bisa hadir di Kabupaten Kutai Timur, ya. Kabupaten Kutai Timur ini sebetulnya menjadi kota yang pertama, Kabupaten Pertama ketika saya baru dilantik. Tetapi karena sesuatu dan lain hal jadi tertunda. Alhamdulillah akhirnya hari ini kita bisa me-launching Ruang Bersama Indonesia yang ada di salah satu wilayah Kabupaten Kabupaten Kutai Timur,” ungkap Menteri Arifah usai acara peluncuran RBI pada Selasa, (13/05/2025).
RBI yang kini hadir di Kutim, menawarkan beragam fasilitas yang dirancang khusus untuk tumbuh kembang anak, termasuk ruang bermain yang ramah. Arifah secara khusus mengapresiasi adanya program permainan tradisional khas daerah yang diintegrasikan dalam RBI.
Lebih lanjut, Arifah menjelaskan bahwa inisiatif RBI ini merupakan respons nyata terhadap maraknya kasus kekerasan pada anak yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari pola asuh dalam keluarga, penyalahgunaan gadget, hingga pengaruh lingkungan.
“Setelah kita melihat beberapa kasus kekerasan terhadap anak itu salah satu penyebabnya pola asuh dalam keluarga. Yang kedua adalah penggunaan gadget yang tidak bijak ya. Yang ketiga adalah faktor lingkungan. Nah, bagaimana kita membatasi anak-anak untuk bermain gadget itu bukan hal yang mudah. Kita enggak bisa melarang tapi tanpa memberikan solusi,”terangnya.
Solusi yang ditawarkan oleh KemenPPPA adalah melalui permainan tradisional berbasis kearifan lokal.
“Maka solusi yang kami tawarkan adalah permainan tradisional yang berbasis kearifan lokal. Jadi permainan tradisional yang ada di Aceh akan beda yang dengan ada yang di Kalimantan. Beda dengan Papua, beda dengan dengan dengan Jawa. Jadi kami berharap dengan adanya permainan tradisional ini anak-anak kita enggak mager, malas gerak di pojok kamar, ramai dalam kesendirian yang sebetulnya dia asosial.”imbuh Arifah.
RBI diharapkan menjadi wadah untuk mempererat kebersamaan antara anak-anak, orang tua, dan masyarakat.
“Nah, di ruang bersama Indonesia ini kita ingin merajut kebersamaan baik anak-anak, baik orang tua, maupun masyarakatnya untuk bersama-sama bergerak menguatkan masyarakat untuk kita terus.”tambah Arifah.
Mengenai penanggung jawab RBI, Arifah, menekankan adanya kolaborasi lintas sektor. “Di RBI itu menjadi kolaborasi. Jadi kolaborasi dengan berbagai sektor. Jadi, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, Kesehatan bareng-bareng kita cari solusi terbaik terhadap persoalan yang dihadapi oleh para pasien,”jelasnya.
Arifah, memberikan perhatian khusus kepada anak-anak disabilitas. Ia menyatakan komitmen untuk menyediakan ruang khusus bagi mereka di RBI, meskipun implementasinya akan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing desa.
“Kalau untuk teman-teman yang disabilitas ini pasti kita akan memberikan ruang khusus gitu ya, tetapi tergantung dari kemampuan desa masing-masing. Tetapi kita akan mencoba nanti memberikan kolaborasi dengan berbagai sektor, misalkan perusahaan bagaimana agar anak-anak bisa mendapatkan haknya yang sama. Karena sebetulnya menuju Indonesia Emas 2045 tidak boleh ada satu pun yang tertinggal dalam proses pembangunan,”pungkasnya. (K/*)
