Sangatta – Kabar baik datang dari upaya penanganan stunting di Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim, Achmad Junaidi, mengumumkan adanya penurunan angka stunting berkat upaya berkelanjutan pemerintah dan kolaborasi lintas sektor.
“Kasus stunting yang sebelumnya tercatat sebanyak 1.801 anak, kini telah turun meski persentase pasti penurunannya masih dalam proses verifikasi,” ungkap Junaidi usai pembukaan Workshop Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di ruang rapat DPPKB Kutim, Senin (4/11/2024).
Junaidi menjelaskan bahwa data penurunan angka stunting ini bersumber dari Formulir Pemantauan Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang (FPBGBM). “Meskipun penurunannya belum signifikan, progres terus terjadi. Kami akan terus memperbarui data dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan penanganan stunting berjalan optimal,” tegasnya.
Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan perusahaan setempat melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), menjadi kunci keberhasilan penurunan angka stunting di Kutim.
“Baznas siap memberikan pendanaan untuk kegiatan di lapangan. Jika ada kebutuhan yang tidak tercakup oleh ketentuan Baznas, kami akan bekerja sama dengan program CSR perusahaan,” jelas Junaidi.
Tidak hanya angka stunting, jumlah keluarga berisiko stunting di Kutim juga menunjukkan tren positif. “Awalnya terdapat sekitar 19.000 keluarga berisiko stunting. Pada Juni turun menjadi 15.000, dan hingga September tersisa 12.000 keluarga,” papar Junaidi.
Junaidi menegaskan bahwa pengelolaan data dilakukan secara transparan melalui Sistem Informasi Keluarga (SIGA) yang dioperasikan oleh tiga operator di DPPKB Kutim.
Dengan dukungan lintas sektor dan komitmen dari seluruh pihak yang terlibat, diharapkan tren penurunan angka stunting dan keluarga berisiko stunting di Kutim terus berlanjut. (Kiya)