Sangatta – Vaksinasi merupakan salah satu upaya penting untuk mencegah penyakit menular. Namun, setiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap vaksin. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), dr. Novel Tyty Paembonan, menjelaskan bahwa meskipun sebagian besar orang mengalami efek samping yang ringan setelah vaksinasi, seperti nyeri di tempat suntikan atau demam ringan, ada kemungkinan kecil sebagian orang mengalami reaksi yang lebih serius.
“Sama seperti obat-obatan lainnya, vaksin juga memiliki potensi efek samping. Namun, risiko ini sangat kecil dibandingkan dengan manfaatnya dalam mencegah penyakit serius,” ujar dr. Novel.
Beliau menambahkan bahwa vaksin bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang dapat melawan patogen penyebab penyakit. Namun, dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh dapat bereaksi berlebihan terhadap vaksin, menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
Untuk itu, Novel menjelaskan, jika vaksin itu adalah virus yang dilemahkan, kemudian dimasukkan dalam tubuh manusia, dengan harapan akan terbentuk anti bodi atau ‘ tentara’ yang akan memerangi virus sejenis jika masuk dalam tubuh. Tapi kalau virus yang masuk lebih kuat dari ‘tentara’, maka jelas kalah. Akibatnya, ada dampak, jatuh sakit. Tapi dalam dunia kedokteran, itu masih wajar.
“Contoh kasus Covid. Kalau tidak divaksin, kematian akan terus berlanjut. Dengan vaksin, akhirnya bisa dihentikan, tapi mungkin saja dari vaksin yang telah diterima masyarakat, ada yang berdampak buruk pada satu diantara 1000 orang yang telah divaksin. Ini karena perbedaan fisiologi tubuh manusia. Tapi bagi dunia kedokteran, itu bias saja, karena secara umum, dampaknya aman,” katanya.
Karena itu, meskipun ada yang menerima vaksin dan berdampak fatal, tapi secara umum, dampaknya baik. Untuk itu, pilihan bagi masyarakat secara umum, apakah mau menerima vaksin atau tidak. (ADV)