Sangatta – Meski pemerintah kabupaten Kutai Timur dalam beberapa tahun terakhir sempat mengalami masa-masa sulit, terutama ditengah pandemi covid-19. Namun Pemkab Kutim tetap optimis dan terus melakukan berbagai upaya.
“Seperti meningkatkan efisiensi dalam proses integrasi perencanaan dengan proses penganggaran, meningkatkan proses pengendalian pembangunan secara berkala, mengupayakan pendanaan alternatif dari sumber-sumber lain seperti APBN dan APBD Provinsi untuk meningkatkan kemampuan fiskal daerah dan meningkatkan peran semua pemangku kepentingan dalam pembangunan daerah, termasuk di dalamnya adalah optimalisasi program Corporate Social Responsibility (CSR).” Ardiansyah Sulaiman saat membacakan pidato dalam rapat paripurna ke 46, di ruang paripurna DPRD Kutim, Senin (11/10/2021)
Tak hanya itu, kondisi pertumbuhan ekonomi daerah yang cenderung belum memadai, serta kemampuan belanja daerah masih terbatas, sehingga Pemerintah Kabupaten Kutai Timur bertekad agar penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah tetap berjalan dengan baik, dan dapat mencapai sasaran dan target pembangunan Yang telah ditetapkan.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, akan saya sampaikan beberapa kemajuan pelaksanaan pembangunan daerah, yang antara lain adalah:
“Perkembangan perekonomian Kabupaten Kutai Timur selama periode 2016-2020 tidak terlepas dari kontribusi sektor-sektor ekonomi yang mendukungnya. Sektor pertambangan dan penggalian terutama subsektor pertambangan nonmigas (batubara) masih merupakan pendukung utama perekonomian Kabupaten Kutai Timur. Dominasi subsektor ini ditandai dengan masih tingginya peranan pertambangan batubara yakni sebesar 80-81 persen dari total PDRB Kabupaten Kutai Timur dengan migas dan batubara. Nilai PDRB Kabupaten Kutai Timur atas dasar harga berlaku dengan migas pada tahun 2016-2020 cenderung meningkat dari Rp. 94.921.969,38 juta tahun 2016 menjadi Rp 15.796.044,10 juta pada tahun 2020. PDRB atas dasar harga berlakudengan migas dan batu bara pada periode 2016-2020 secara berturut-turut yaitu sebesar Rp. 94.921.969,38 juta, Rp. 17.816.985,40 juta, Rp. 127.779.585,0 juta, Rp 133.725.073,9 juta, dan Rp 15.796.044,10. Sementara PDRB atas dasar harga berlaku tanpa migas dan batu bara, pada periode tahun 2016 hingga tahun 2020 secara berturut-turut sebesar Rp26.582.533,13 juta, Rp 31.065.953,33 juta, Rp 31.130.389,3 juta Rp32.927.032,6 juta dan Rp34.001.409,80 Juta. Laju Pertumbuhan ekonomi dengan migas dalam rentang tahun 2016 hingga tahun 2020 cenderung mengalami penurunan dari 1,07 persen tahun 2016 menjadi -3,21 persen pada tahun 2020, tanpa migas dari tahun 2016 sebesar – 1,07 persen menjadi -3,23 persen pada tahun 2020, serta tanpa migas dan batubara dari tahun 2016 sebesar 1,41 persen menjadi -0,37 persen pada tahun 2020,”Bacanya
Selain itu, Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) indikator komposit dari pembangunan sektor pendidikan, kesehatan dan daya beli, pada Tahun 2019 mencapai 73,49% dan Tahun 2020 mencapai 73,00%;
Sedangkan Jumlah penduduk Kutai Timur terus mengalami peningkatan. Tingginya pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kutai Timur sebagian besar dikarenakan oleh arus migrasi masuk. Kondisi ini menandakan bahwa Kabupaten Kutai Timur memiliki daya tarik yang sangat kuat bagi pendatang terutama yang berkaitan dengan urusan ekonomi.
“Hal ini dapat dilihat dari dependency ratio sebagai daerah terbuka yang terkenal adanya potensi sumber daya alam yang melimpah, sehingga menyebabkan mobilitas penduduk yang terjadi cukup tinggi, terutama datang untuk bekerja/mencari kerja, dimana sebagian besar berusia produktif (usia 16-40),” terangnya
Sementara Angka Kemiskinan di Kabupaten Kutai Timur, Tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 0,07 % dari 9,48 % Tahun 2019 menjadi 9,55% Tahun 2020, hal ini harus menjadi perhatian dan fokus kita bersama untuk mengurangi angka kemiskinan tersebut sesuai dengan target capaian dalam RPJMD Kabupaten Kutai Timur Tahun 2021-2026,
“Indikator kesehatan masyarakat Kabupaten Kutai Timur dengan Angka Harapan Hidup (AHH) yang meningkat dari 73,03% pada Tahun 2019 menjadi 73,16% Tahun 2020,”imbuhnya
Selanjutnya untuk Indikator pendidikan masyarakat Kabupaten Kutai Timur dengan Angka Rata-Rata Lama Sekolah yang mengalami peningkatan dari 9,18% Tahun 2019 menjadi 9,19% Tahun 2020.
Lebih lanjut, dalam bidang transportasi, proporsi panjang jalan dalam kondisi baik selalu meningkat selama tahun 2016-2020. Di sisi lain, rasio tempat ibadah bagi penduduk; rasio turap dan persentase luas irigasi dalam kondisi baik masih mengalami trend penurunan. Hal ini hendaknya menjadi perhatian khusus pemerintah Kabupaten Kutai Timur untuk perencanaan pembangunan pada lima tahun kedepan.
“Kondisi ini hendaknya menjadi perhatian mengingat pentingnya pembangunan agribisnis dan agroindustri yang membutuhkan adanya peningkatan kontribusi di sektor pertanian. Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya di wilayah perkotaan. Keberadaan RTH dapat menjamin sirkulasi udara yang sehat bagi warga masyarakat di perkotaan,” bebernya
Sementara untuk pembangunan bidang pertanian dalam arti luas, pada sub sektor tanaman pangan ditunjukkan oleh produktivitas beberapa komoditas unggulan, “sepeti Produksi padi sawah tahun 2019 mencapai 16.398 Ton/Ha dan pada tahun 2020 menjadi 13.636 Ton/Ha, Produksi padi ladang tahun 2019 mencapai 13.272 Ton/IIa dan pada tahun 2020 menjadi 8.750,40 Ton/Ha gabah kering panen, Produksi Jagung pada tahun 2019 mencapai 8.598 Ton/Ha dan pada tahun 2020 menjadi 7.495 Ton/Ha pipilan kering, Produksi Ubi Kayu pada tahun 2019 mencapai 10.913 Ton/Ha dan tahun 2020menjadi 10.482 Ton/Ha, Sub sektor perkebunan ditunjukkan oleh perkembangan produksi sebagai berikut,” terangnya
Sedangkan Produksi Karet Tahun 2019 mencapai 954,70 ton/ha dan pada Tahun 2020sebesar 1.155,87 ton/ha dan Produksi Kelapa Sawit Tahun 2019 mencapai 5.329.823,74 Juta ton dan di Tahun 2020 sebesar 6.452.834,38 juta ton; Produksi Lada Tahun 2019 mencapai 108,99 ton dan pada tahun 2020 menjadi 122,80 ton;
“Produksi Kelapa Tahun 2019 mencapai 937,00 ton dan pada Tahun 2020 menjadi 1.055,12 ton; Produksi Aren Tahun 2019 mencapai 27,89 ton dan pada tahun 2020 menjadi31,49 ton,”Ujarnya
Indeks Pembangunan Desa, yang diukur berdasarkan 5 indikator dasar yaitu pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, aksesibilitas/transportasi, pelayanan umum dan penyelenggaraan pemerintahan.
“Tahun 2018 IPD sebesar 61,93, Tahun 2019 sebesar 63,97 dan Tahun 2020sebesar 64,12; Tahun 2019 jumlah desa tertinggal sebanyak 7 Desa, pada tahun 2020 desa tertinggal turun menjadi 3 Desa; Desa berkembang Tahun 2019 sebanyak 117 Desa, Tahun 2020 menjadi 120Desa; Desa Mandiri Tahun 2019 sebanyak 15 Desa, Tahun 2020 menjadi 16 Desa,”tuturnya (*/KE)