Penanganan Stunting Merupakan Program Jangka Panjang

Sangatta. Kepala Dinas Kesehatan Kutai Timurm dokter Bahrani Hasanal menyebutkan jika penanganan terhadap stunting atau orang kerdil, merupakan program jangka panjang yang harus dilakukan oleh pemerintah, mulai pusat hingga daerah. Bahkan lama penangan bisa mencapai lebih dari 30 tahun. Hal ini dikatakan Bahrani saat dikonfirmasi terkait angka kasus stunting atau orang kerdil yang dialami lebih dari 2000 orang di Kutai Timur.

Dikatakan, kasus stunting atau orang kerdil terjadi akibat kekurangan asupan protein dan gizi kepada manusia dimulai dari masa dalam kandungan atau kehamilan. KondisiĀ  kekurangan gizi ini terus terjadi hingga dua tahun setelah kelahiran, yang kemudian menyebabkan seseorang tersebut menderita kerdil, baik secara pertumbuhan fisik dan juga otak.

Lanjutnya, Dinkes Kutim saat ini melalui bidang promosi kesehatan masyarakat terus menggalakkan kepada masyarakat bagaimana mengolah makanan secara sehat dan cara makan yang benar. Sebab, sangat sedikit masyarakat yang kini kekurangan makanan, sehingga kasus stunting ini bisa ditimbulkan akibat salah pola makan. Saat ini, makanan banyak yang mengandung zat pemanis dan penyedap buatan, zat pewarna serta pengawet makanan, yang bisa menyebabkan turunnya selera makan anak. Belum lagi banyaknya beredar makanan yang tidak terjamin kandungan kesehatan dan gizinya, namun cukup digemari anak-anak.

Karenanya, Dinas Kesehatan Kutim kedepan terus konsisten pada programpemberian makanan tambahan kepada anak. Bahkan sejak anak masih dalam kandungan, Dinkes sudah melakukan interfensi kepada ibu hamil agar jabang bayi tidak kekurangan asupan gizi. Termasuk hingga saat bayi sudah dilahirkan, akan terus dilakukan pemantauan melalui Posyandu. Dengan demikian, diharapkan kasus stunting atau orang kerdil di Kutim akan terus menurun setiap tahunnya.