Sangatta…Kepala Dinas Kesehatan Kutim, dokter Bahrani Hasanal mengakui jika angka stunting atau orang kerdil di Kutim relatif tinggi. Dari pendataan terakhir di tahun 2018 lalu, jumlah penduduk Kutim yang masuk kategori stunting mencapai 2000 jiwa yang tersebar di 18 kecamatan di Kutim.
Namun angka ini masih kecil jika dibandingkan jumlah stunting secara nasional yang mencapai lebih dari 20 persen penduduk Indonesia.
Terkait jumlah masyarakat stunting di Kutim, Bahrani mengatakan jika saat ini angkat terbanyak berada di Kecamatan Bengalon. Hal ini tentu menjadi perhatian khusus Dinkes Kutim, karena Bengalon terkenal sebagai kecamatan yang kaya akan hasil laut, seperti ikan dan lainnya.
Sementara kasus stunting terjadi akibat masyarakat kekurang gizi berkepanjangan atau sejak dalam kandungan. Sehingga tingginya angka stunting di Kecamatan Bengalon, disinyalir akibat kesalahan dalam mengolah makanan, yang mengakibatkan hilangannya unsur kandungan gizinya. Atau masyarakat hanya berfikir mengenyangkan perut daripada mengutamakan kandungan gizi pada makanan.
Untuk diketahui, Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.
Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk. Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.
Penyebab Stunting Situs Adoption Nutrition menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut: 1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama 2. Retardasi pertumbuhan intrauterine 3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori 4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres 5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.