Dibangun Dengan Uang Ratusan Miliar, Kini Pelabuhan Kenyamukan Dijadikan Tempat Mojok

SANGATTA. Harapan agar pelabuhan Sangatta, atau pelabuhan Kenyamukan bisa beroperasi, tampaknya masih jauh. Sebab, dari pantauan wartawan di lokasi beberapa hari lalu, masih terlalu banyak yang perlu dikerjakan, untuk menjadikan pelabuhan yang masuk gerai maritim itu, dapat disinggahi kapal.

Seperti masalah causeway. Dari pantauan wartawan,  agar causeway ini dapat digunakan, mungkin  masih butuh ribuan kubik timbunan, agar rata, untuk bisa dilalui mobil. Sebab,  bagian tengah tanggul causeway,   kedalamannya masih bervariasi, antara 50-70 cm. Jika ditimbun pakai tanah, maka tentu harganya murah. Ratusan juta mungkin bisa cukup untuk membiayai, namun tentu tidak layak pakai. Namun,  kalau ini ditimbun menggunakan batu,  atau koral maka  butuh uang miliaran rupiah, agar bisa tertutupi, layak untuk digunakan.

Namun,  yang tak kurang pentingnya adalah jembatan menuju causeway, yang aka menghubungkan dengan lapangan sisi dadat, yang  diperkirakan sekitar 6 meter.  Karena tentu, nantinya, meskipun causeway ditimbun, kalau jembatan ini tidak tersambung, juga tidak akan digunakan.  Ini pun mungkin akan membutuhkan miliaran rupiah. Saat ini, untuk menuju Causeway, masyarakat yang ingin rekreasi di pelabuhan, hanya mengunakan  papan ulin, yang disambung satu dengan lainnya, itupun hanya bisa untuk motor.

Belum lagi, dengan sisi darat pelabuhan,  meskipun telah dibangun lapangan di sana, namun tentu  harus ada tempat bertedu. Sebab lapangan yang diperkirakan sekitar 3 hektar,  masih merupakan tanah datar,  yang jika hujan akan menjadi lapangan berlumpur, sementara saat kemarau, akan jadi lapangan debu. Sementara di sisi laut, belum ada tanggul penahan ombak, yang dapat menahan ombak agar  kapal  yang sandar , aman

Belum lagi,  jalan masuknya, yang diperkirakan sepanjang 2 km,  baru sebagian kecil dicor.  Mungkin masih butuh waktu beberapa bulan, agar proyek yang bsernilai Rp54 miliar itu, baru dapat sampai ke pelabuhan.

Di trestel sendiri,  tentu butuh penerangan. Pemerintah rupanya pernah memasang solar sel di sepanjang trestel, yang jumlahnya puluhan unit, namun itu sudah tidak fungsi lagi. Sebab baterai dari solar sel tersebut, semua habis  diangkut orang ‘profesional’.  Praktis,  tidak bisa jadi penerangan lagi,  karena yang tersisa hanya tiang dan panelnya.

Karena pelabuhan belum beroperasi, lampu sudah tidak nyala,  pelabuhan yang dibangun dengan nilai ratusan miliar itu,  kini  jadi lokasi rekreasi, baik siang apalagi sore hingga malam. Menurut warga yang  yang membuka lapak di sana, pelabuhan disiang hari jadi lokasi macing ikan, sementara malam  jadi tempat nongkrong anak muda.

“kalau malam, apalagi malam minggu, banyak anak muda yang nongkrong di sini untuk pacaran. Sebab Pelabuhan TPI sudah diawasi, jadi mereka pindah di sini,” kata salah seorang warga di Pelabuhan kenyamukan.