Bupati Kutai Timur, Ismunandar mengajak masyarakat Kutim untuk mengembangkan beragam komoditas pertanian dan perkebunan atau dengan istilah multi komoditi.
Sehingga masyarakat Kutim tidak terlalu bergantung dengan satu komoditas pertanian atau perkebunan saja, seperti sawit. Hal ini disampaikan Ismu, mengingat jatuhnya harga sawit di pasaran dunia yang berimbas pada merosotnya penghasilan petani sawit di Kutim.
Kepada wartawan, Ismu mengatakan jika saat ini masyarakat Kutim hanya bergantung kepada satu komoditas perkebunan atau single komoditi, yakni sawit. Saat sawit sedang dalam masa kejayaannya maka seluruh petani sawit mandiri yang ada di Kutim juga merasakan kemakmurannya.
Namun kini seiring dengan merosotnya harga jual sawit di tingkat dunia, ditambah lagi cukup banyak warga Kutim yang menjadi petani sawit mandiri dan tidak bekerjasama dengan koperasi atau kelompok tani, maka para petani sawit mandiri ini sangat terpuruk seiring dengan merosot tajamnya pendapatan mereka.
Lanjut Ismu, saat ini pemerintah Kutim tengah giat-giatnya mengembangkan sistem pertanian dan perkebunan secara multi komoditi. Setelah berhasil mengembangkan komoditas jagung yang bekerjasama dengan lembaga ekonomi Nahdatul Ulama (NU) dan sebelumnya juga telah mengembangkan komoditas singkong gajah, kini Pemkab Kutim kembali merambah pada pengembangan komoditas kakao.
Kecamatan Kaubun menjadi salah satu pusat atau sentra pengembangan budidaya tanaman kakao di Kutim. Hal ini mengingat kualitas kondisi tanah di Kecamatan Kaubun memiliki tingkat kesuburan yang cocok untuk perkebunan kakao.