Sangatta. Memanasnya pertemuan antara ratusan Kepala Desa (Kades) seKutai Timur dengan Bupati dan Wakil Bupati Kutim, serta Sekretaris Daerah (Sekda) Kutim dalam acara Coffee Morning, pagi tadi, membuat sejumlah Kades memilih sikap Walk Out (WO) atau meninggalkan ruang pertemuan. Akibatnya, sejumlah Kades yang WO ini mendapat ancaman akan di ganti atau Plt-kan.
Tidak puas dengan sejumlah penjelasan yang disampaikan oleh Sekda Kutim terkait kondisi keuangan daerah dan mekanisme pencairan anggaran kurang salur ADD, sejumlah Kades yang mulai hilang kesabaran langsung bersuara lantang dan mengambil sikap WO dan keluar dari ruang pertemuan. Tentunya hal ini sempat membuat gaduh ruang pertemuan. Sikap ini sempat ditanggapi dengan sikap tegas dari Wakil Bupati Kutim, Kasmidi Bulang yang meminta para Kades untuk tetap bertahan di ruangan.
Lanjut Kasmidi, pertemuan yang diadakan antara Kades dengan Pemkab Kutim ini untuk mencari solusi terbaik terkait pencairan ADD yang kurang salur tersebut. Namun jika para Kades bersikap keras dan tidak mau berunding, maka sulit mencarikan jalan keluar terbair atas permasalahan yang dihadapi saat ini. Sebab bukannya Pemkab Kutm tidak mau membayarkan kurang salur ADD tersebut, namun memang kondisi keuangan yang tidak memungkinkan untuk membayarkan kurang salur tersebut.
Lebih jauh dikatakan Wabup Kasmidi, Kades merupakan perpanjangan tangan dari Pemkab Kutim. Jika Kades memilih melakukan mogok pelayanan maka yang rugi tidak hanya masyarakat, akan tetapi termasuk Pemkab Kutim sendiri. Jika para Kades memilih tidak mau melakukan pelayanan sementara masyarakat sangat membutuhkan pelayanan, maka tidak menutup kemungkinan para Kades tersebut akan di ganti atau di Plt-kan oleh Pemkab Kutim, agar roda pelayanan tetap bisa berjalan.