Kelangkaan Batu Palu, Ikut Sumbang Inflasi Kutim

Sangatta…Seiring dengan peningkatan ekonomi dan kemajuan pembangunan di Kutim, ternyata batu serta pasir palu, yang merupaknkompo nenpenting dalam pembangunan, ikut nyumbang kenaikan inflasi. Hal ini diakui Kepala Dinas Perindustrian dan Perdangan (kadisperindag) Kutim Edward Azran. Meskipun tidak besar pengaruhnya, namun karena batu dan pasir merupakan bagian dari 52 komponen kebutuhan manusia di daerah maju, karena itu, batu dan pasir palu, juga ikut andil dalam kenaikan inflasi.

“Jadi, di Indonesia ini, termasuk Kutim, saat ini ada 52 item kebutuhan manusia. Jumlah ini terus naik, dari tahun 1945, yang dikenal dengan sembilan kebutuhan pokok, sekarang jadi 52 kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, termasuk dijaga ketersediaanya,” katanya.

Dijelaskan, batu dan pasir Palu ini masuk dalam komponen kebutuhan yang dimanfaatkan, berupa komponen komplementer, tentu dibidang pembangunan. Komponen lain dalam bidang pembangunan adalah semen, besi.

“kalau tidak ada batu dan pasir Palu, maka pembangunan ini tidak akan berlanjut. Akibatnya, tukang berhenti kerja. Jadi, disitu ada ketergantungan yang bisa memengaruhi perkembagan ekonomi. Kalau tukang tidak kerja, maka perkembangan ekonominya tidak jalan. Jadinya, batu dan pasir ini masuk sebagai salah satu komponen koplimentasi pembangunan yang memengaruhi ekonomi,” katanya.

Karena sudah jadi kebutuhan, tentu pemerintah ingin ada kesinambungan pasokan . Apalagi, hingga saat ini belum ada alternatif bahan lain, untuk mengantikan bahan bangunan ini.

“Karena itu, pemerintah juga ingin memantau pasokan barang ini di daerah ini, agar tidak ada kekosongan. Sebab, sebagaimana teori ekonomi, kalau pasokan kurang, permintaan tetap, maka harga bisa naik. Bahkan, karena rebutan, maka harga bisa melambung. Karena itu, pasokan kedua bahan bangunan ini juga harus terjaga untuk memastikan pembangunan jalan terus, sementara perputaran ekonomi pekerja sektor bangunan, juga terus jalan,”jelas Edwar.

Sementara untuk penyumbang inflasi pada barang yang digunakan atau konsumsi di Kutim, saat ini masih bertahan pada barang seperti ayam, bawang. “sebenarnya, kalau pelabuhan di Kutim sudah operasi, maka harga dari barang-barang yang didatangkan dari luar ini, bisa ditekan,” katanya.