Kejuaraan Pencak Silat Bupati Cup 2025 Sangatta: Kapolres Kutim: Silat Adalah Warisan Jiwa Kesatria

Sangatta — Suara teriakan semangat dan hentakan kaki terdengar bergemuruh di Gedung Olahraga Kudungga, Sangatta, tempat berlangsungnya Kejuaraan Pencak Silat Bupati Cup 2025. Ratusan pesilat muda dari berbagai perguruan di Kutai Timur berlaga dengan penuh sportivitas. Di tengah sorak penonton dan aura kompetisi yang membara, hadir sosok yang memberi semangat khusus bagi para atlet yaitu Kapolres Kutai Timur AKBP Fauzan Arianto.

Dengan mengenakan seragam dinas dan senyum ramah, Kapolres menyapa satu per satu peserta, pelatih, dan panitia. Dalam sambutannya, ia menyampaikan pesan mendalam tentang makna sejati pencak silat bukan sekadar seni bela diri, tetapi juga simbol karakter dan warisan jiwa kesatria bangsa Indonesia.

“Pencak silat mengajarkan keberanian, kejujuran, dan hormat kepada lawan. Nilai-nilai inilah yang harus kita wariskan. Menang bukan hanya soal mengalahkan lawan, tapi bagaimana menaklukkan ego dan menjunjung sportivitas,” ucap Kapolres.

Kejuaraan Pencak Silat Bupati Cup 2025 menjadi ajang pembinaan dan pencarian bibit atlet potensial di Kutai Timur. Kapolres Fauzan menegaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan semangat Polri untuk mendukung pembinaan generasi muda agar aktif, sehat, dan berprestasi.

“Kami mendukung penuh kegiatan positif seperti ini. Anak-anak muda harus punya wadah untuk menyalurkan energi, membentuk karakter, dan menjauh dari hal-hal negatif seperti pergaulan bebas dan narkoba,” ujarnya.

Kapolres juga sempat berbincang akrab dengan sejumlah pesilat muda. Ia memberikan motivasi kepada mereka agar tidak hanya berlatih demi piala, tetapi menjadikan silat sebagai bagian dari jati diri. “Latihan yang konsisten, disiplin, dan menghormati guru itu yang akan membentukmu jadi juara sejati,” katanya sambil menepuk bahu salah satu atlet.

Suasana pertandingan berlangsung meriah namun tertib. Di tengah riuhnya teriakan suporter, para pesilat menampilkan teknik terbaik dengan sikap hormat dan disiplin tinggi. Ketika ada peserta yang jatuh atau terluka, lawan langsung membantu pemandangan yang mencerminkan nilai luhur pencak silat.

Bagi Kapolres, momen itu menjadi bukti bahwa silat bukan sekadar olahraga, melainkan media pembentukan mental dan moral. “Nilai-nilai kesatria yang ada dalam pencak silat sangat relevan dengan semangat kebangsaan dan tugas kepolisian, yaitu menjunjung keadilan dan melindungi yang lemah,” ungkapnya.

Selain menyaksikan pertandingan, Kapolres juga menyerahkan medali simbolis kepada pemenang di beberapa kategori. Kehadirannya menjadi penyemangat tersendiri bagi para peserta, terutama bagi atlet-atlet muda yang baru pertama kali berlaga di tingkat kabupaten.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Wakil Bupati Kutai Timur, Mahyunadi, jajaran Forkopimda, serta pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kutim. Mereka sepakat bahwa olahraga tradisional seperti pencak silat harus terus dibina agar tidak tergerus zaman.

“Silat adalah jati diri bangsa. Kami ingin Kutai Timur dikenal bukan hanya karena sumber daya alamnya, tapi juga karena prestasi dan semangat juang generasi mudanya,” ujar Wabup Kutim.

Polres Kutim turut berperan aktif dalam menjaga keamanan dan kelancaran kegiatan. Personel disiagakan di sekitar lokasi untuk memastikan jalannya kejuaraan berjalan aman, tertib, dan nyaman bagi seluruh peserta serta penonton.

Menjelang penutupan acara, Kapolres Kutim kembali mengingatkan bahwa pencak silat adalah warisan budaya yang harus dijaga, bukan hanya dalam gerak dan jurus, tetapi juga dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

“Kalau pesilat bisa menaklukkan diri sendiri, dia bisa menaklukkan apa pun. Itulah hakikat dari jiwa kesatria,” ujar AKBP Fauzan.

Suasana lapangan pun dipenuhi semangat dan rasa haru. Para pesilat muda berdiri tegap, menatap ke depan — seolah memahami pesan yang baru saja disampaikan. Bahwa setiap jurus, setiap langkah, dan setiap keringat yang jatuh di arena adalah bagian dari perjalanan panjang menjadi manusia berkarakter.

Di bawah gemerlap lampu gedung olahraga, kejuaraan itu bukan sekadar ajang adu kemampuan, melainkan panggung lahirnya generasi berjiwa tangguh. Dan seperti pesan Kapolres Kutim, pencak silat akan selalu menjadi warisan jiwa kesatria bangsa — mengajarkan bahwa sejati seorang pemenang adalah mereka yang mampu menjaga kehormatan, disiplin, dan cinta tanah air. (*)

Tutup